Surat Untuk Dahlan----
Friday, December 21, 2012
Kali ini, saya mau posting deh, tentang surat untuk Pak
Dahlan--- jadi waktu itu saya coba-coba ikut lomba menulis surat yang diadain
sama Mizan Publishing disini.
Tapi yaaaaaaaa-- KALAH. Kecewa sebenarnya, soalnya hadiahnya itu looooo--
ketemu dan makan malam sama Pak Dahlan Iskan. -___-
Tapi gak papa, rejeki orang--- wkwkwkwkwkwk. jadi dari pada
sayang cuma kebaca sama diri sendiri. Mending kutaruh disini aja. Sapa tau ada
yang tertarik buat ganiin pak Dahlan buat ketemuan dan makan malam sama saya.
wkwkwkwkwk.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kuala Tungkal, 31
Oktober 2012
Assalamualaikum Wr. Wb.
Halo
pak Dahlan, salam kenal. bagaimana kabar bapak hari ini? Saya mohon maaf karena telah berani
menulis surat kepada bapak. Apalah artinya surat dari saya ini, tetapi
saya sangat berharap bapak berkenan membacanya.
Sebelum saya lanjutkan menulis suratnya,
akan saya perkenalkan diri saya terlebih
dahulu. Saya adalah seorang pelajar kelas XI IPA 2 di SMA N 1 Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Barangkali, bapak langsung mengambil peta dan mencari dimana letak sekolah saya. Letaknya tidak begitu jauh, cukup menempuh 3
jam perjalanan dari ibukota provinsi. Apalagi, jika bapak membukanya di google earth, maka akan terlihat
walaupun harus dizoom beberapa kali
dan tidak begiu jelas pula. Oh iya pak, surat ini saya buat untuk mengikuti
lomba menulis “Surat Dahlan” dari penerbit Nourabooks. Saya diharuskan untuk
menyampaikan impian dan cita-cita saya. Baiklah pak, akan saya bagi pada bapak dan
akan saya mulai dengan alur mundur sekitar sebelas tahun yang lalu.
Dulu,
saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya selalu bermimpi untuk bisa
membawa pulang sebuah kemenangan. Memenangi Olimpiade Sians adalah cita-cita
besar saya, pak. Tapi, semua itu gagal. Saya harus menelan kepahitan.
Karena, persaingan tingkat kabupaten saja tak mampu saya taklukkan. Itu adalah kegagalan yang sangat mengecewakan bagi saya.
Hingga, saat saya duduk
dibangku SMP. Saya pun masih tak mampu menaklukan Olimpiade ini. Saya
tidak kalah ditingkat provinsi, kabupaten ataupun kecamatan. Melainkan, dipilih sebagai wakil dari sekolah saja tidak.
Yaah, mungkin memang belum jalannya. Padahal, berbagai cara sudah saya lakukan
agar saya bisa tepilih mewakili sekolah. Saya ingin BERJUANG pak! Satu hal yang paling saya butuhkan saat itu adalah KESEMPATAN. Tapi, kesempatan
saja tak saya miliki, bagaimana saya bisa berjuang. Bukan begitu pak? Hal itu sangat membuat saya sedih, tangisan
pun tak perlu dipertanyakan lagi. Saya sempat merasa kecewa terhadap keputusan yang
diberikan Tuhan pada saya.
Tapi apalah daya, Tuhan memang belum mengizinkan saya untuk sukses saat itu.
Kini, saya sudah duduk di bangku SMA. Ambisi saya terhadap pelajaran
biologi yang sangat saya favoritkan, sudah tak seperti dulu
lagi. Olimpiade sains yang pernah saya
cita-citakan tak lagi menjadi bintang dalam angan saya. Bapak tahu
kenapa? Semua itu, karena dunia baru telah saya temukan,
pak! Dunia baru dengan semangat yang berceceran di hadapan mata. Hal itu adalah, MENULIS.
Sejak kelas 1 SMA, saya mulai rajin
menulis lo pak. Dari situ, saya merasa ada yang berbeda dari hobi saya yang satu ini. Ternyata, saya
punya sedikit bakat terpendam dan baru saya sadari setahun yang lalu. Selain senang menulis, saya juga senang
mengikuti lombanya. Setahun yang lalu saya dipilih guru
untuk mengikuti lomba menulis artikel mewakili sekolah. Yaaah, walaupun belum menang tetapi saya tidak kecewa. Karena, saat itu saya masih belajar untuk menulis artikel. Tahun ini pun, bersyukur saya dipilih lagi untuk mengikuti lomba
menulis artikel di tingkat Provinsi. Seharusnya, lomba ini sudah diadakan sebulan yang lalu, tetapi perlombaannya pun ditunda. Hari ini tepat disaat saya menulis surat
kepada bapak, saya baru dapat kabar bahwa lomba
menulisnya akan dilaksanakan tanggal 7 november 2012. Doakan saya ya pak?
Paling tidak doakan agar saya bisa berlapang
dada menerima kekalahan lagi nanti.
Selain itu, saya juga senang mengikuti lomba menulis lewat
internet. Saya selalu menjelajah informasi tentang lomba menulis, hingga setiap lomba yang menarik akan tercatat di buku catatan saya. Saya
susun semua daftar lomba dari yang paling singkat waktunya, hingga yang masih
lama lagi. Sehingga, setiap hari saya selalu merasa seperti dikejar waktu dan
ambisi. Yaaa, itu adalah usaha saya untuk terus belajar. Walaupun,
sampai detik ini tulisan saya belum pernah menang.
Oh iya pak, saya juga punya satu cita-cita
kecil. Suatu saat nanti, saya berharap bisa membuat sebuah novel yang
berkualitas. Mungkin, dalam hati kecil saya menjadi seorang penulis layak saya
impikan. Saya ingin menjadi penulis seperti Andrea Hirata yang pintar mengeksperimenkan tulisan dengan dunia sains.
Menyusun rangkaian kata dan
menjadikannya indah untuk dibaca. Saya pun juga ingin
menjadi penulis seperti Krishna Pabichara yang sangat pintar mengungkapkan
kisah dalam tulisan berbahasa Indonesia yang ringan dan sungguh
enak untuk dibaca. Saya akan berjanji pada diri saya sendiri, pak. Saya akan berusaha dan mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Dalam 2 tahun ini, semangat menulis saya
semakin berkobar. Satu hal yang juga menjadi penyemangat saya, yaitu guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Kuala tungkal ini. Beliau bernama ibu Zulfita S.s. S.pd., sosok guru yang paling saya senangi. Tak
bisa saya menggambarkan kebaikannya,
pak. Sosoknya yang lembut dan
gesit membuat saya semakin yakin bahwa beliau adalah guru terbaik yang pernah
saya temui sejak sebelas tahun yang lalu. Menurut saya, beliau punya cara mengajar yang sangat baik. Beliau juga selalu punya solusi, jika penjelasan yang
diberikannya belum dipahami oleh anak-anaknya. Jika pelajaran hari ini
mengganjal, beliau akan kembali besok dengan solusi yang benar-benar beliau
fikirkan semalaman. Sosok yang sangat luar biasa, pak. Beruntung saya
pernah kenal dan dekat dengan beliau. Saran saya, bapak juga
harus berkenalan dengannya!!!
Beliau pernah berkomentar pada tulisan saya :
“Birin, dialog antar tokohnya masih kurang,
tokohnya juga kurang hidup, konflik ceritanya juga lemah!
Perbaiki ya nak, kamu bisa jadi seorang penulis? Karena, pintar merangkai kata-kata.
Lanjutkan!”
Penyemangat itu beliau tulis di akhir cerpen yang saya
buat. Tulisan itu pun hanya ada dibuku latihan saya. Teman-teman yang lain
memang tak seberuntung saya. Penyemangat beliau tak akan pernah saya
lupakan. Akan terukir dan terus membara, membakar semua panca
indera dan membangkitkan kesadaran bahwa saya harus maju dan
terus berjuang.
Mungkin bapak akan bertanya, mau jadi apakah saya nanti?
Sebenarnya, cita-cita saya adalah menjadi seorang
dokter bedah. Mulia kan pak? Yaaa, memang cita-cita yang sangat mulia. Tapi
apalah daya, saya sudah cukup besar dan sudah mampu berfikir dewasa. Ayah saya
hanyalah seorang guru PNS dengan gaji pokok tak sampai 3 juta
rupiah. Belum lagi potongan bank yang begitu besar, pinjaman koperasi, dan sebagainya. Mungkin kalau dihitung tak sampai terdengar kata
juta dalam gajinya. Uang itu pun dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup kami sekeluarga selama sebulan. Bahkan, untuk mencapai angka 30 hari pun terkadang tak bisa. Terpaksa beliau
berhutang kesana-kesini, berniat menggantinya jika ada uang tunjangan yang keluar nanti. Menjadi seorang dokter bedah mungkin
hanya akan menjadi cita-cita saja. Apalagi, untuk menjadi dokter harus
mengeluarkan biaya yang sangat super sekali. Hingga tak sanggup untuk
mendengarnya. Tapi, seperti apa
yang dikaakan ayah pak dahlan, “kemiskinan yang diajalani dengan tepat akan
mematangkan jiwa.” Jadi, biarlah saya yang berjuang sekuat yang saya mampu.
Oh iya pak, sebentar lagi kan novel “Surat Dahlan” akan terbit. Wah, seperti apa ya kelanjutan cerita cinta seorang pak DIS? Ngomong-ngomong, kita punya cerita yang sama lo pak. Tapi janji ya pak jangan bilang siapa-siapa? Saya juga
pemalu sama seperti bapak. Hingga sampai saat ini, sudah 5 tahun rasa cinta itu terpendam dan membeku, tak berani saya mencairkannya. Padahal seseorang
itu sudah jauh dan pindah ke daerah lain. Mungkin suatu saat nanti mampu saya cairkan, ketika waktu dapat mempertemukan
kami lagi.
Wah, ternyata saya sudah bercerita panjang
lebar ya pak? Yah, itulah se”banyak” tentang curahan hati saya, pak. Seorang anak laki-laki yang
penuh ambisi dan punya berjuta cita-cita. Walau sering terjatuh dan terus
terpatahkan semangatnya. Mungkin ini adalah jalan, jalan menuju sebuah proses,
proses untuk menjadi seorang yang sukses. Saya yakin, kesuksesan akan saya pegang dan kelak akan saya persembahkan pada kedua orang tua saya. Mungkin, hadiah
lomba surat dahlan ini tak begitu saya
harapkan pak, tapi bertemu
dengan sosok inspiratif seperti bapak adalah sebuah hadiah yang tak pernah terbayangkan. Jika saya diberi KESEMPATAN, saya akan sangat bahagia sekali, pak. Karena kesempatan adalah satu hal yang sangat berharga bagi saya.
Mungkin bapak sudah kelelahan membaca
surat saya ini. Saya sarankan, lebih baik bapak beristirahat sejenak dan
meminum secangkir kopi atau segelas susu. Saya juga mengucapkan jutaan terimakasih, karena bapak sudah sudi membaca surat ini
sampai habis. Itu saja ya pak,
sampai jumpa lagi.
Wassalamualikum Wr. Wb.
0 talks