AKU dan PLN juga tak ingin!!
Saturday, October 13, 2012
Kuala Tungkal, sebuah kota yang terletak di sebelah timur Provinsi Jambi. Berjarak sekitar 3 jam dari ibukota provinsi. Kota ini tidak
terlalu besar, luasnya sekitar 8.884,5 km2. Disanalah saya tinggal
dan dibesarkan. Dulu, sekitar 8 tahun yang lalu tempat tinggalku cukup dekat dengan
kantor PLN. Setiap malam, saat malam telah sunyi dan orang-orang sudah mulai
berisirahat. Selalu kudengarkan dan kucermati bunyi mesin PLTD yang tidak
pernah berhenti berceloteh. Selalu kuikuti bunyi itu hingga akhirnya tertidur.

Tetapi, saat ini aku tak tinggal lagi disana. Namun, 5 tahun
setelah itu –lebih tepatnya 3 tahun yang lalu- ada sebuah permasalahan yang
menurutku cukup besar bagi PLN. Saat itu, perusahaan listrik negara yang
awalnya menggunakan sistem tenaga diesel (PLTD) memindahkan seluruh aliran pusat
listrik ke sistem tenaga gas (PLTG). Saat kendali dipegang oleh PLTD tak pernah
ada masalah yang menuruku parah, semua berlangsung mulus dari tahun ketahun.
Mulai dari listrik dalam kota hingga ke beberapa pelosok, semua terpenuhi
dengan sistem yang baik. Namun, sejak PLN dipindahkan ke PLTG, kota ini
seolah-olah menjadi tempat yang tak kenal denga lisrik. Hanya kenal beberapa
saat saja dan sekilas pergi, terang disiang hari dan gelap dimalam hari bahkan
sebaliknya.
Berita samar yang ku dengar, saat itu satu mesin yang paling
penting sedang rusak. Mesin itu harus diganti dengan yang baru. Kabarnya, kami
harus menunggu lama untuk perbaikan itu. Karena, mesinnya harus dikirimkan dari
luar negeri dan harus menunggu pula hingga pengerjaannya selesai disini. Namun,
dengan sigapnya PLN berusaha melakukan yang terbaik dan mencari solusi yang mampu
memecahkan permasalahan itu. Hingga akhirnya, diadakanlah sistem pemadam
bergilir.
Sistem pemadaman bergilir ini, awalnya menjadi kewajaran
bagi masyarakat sekitar. Setiap 6 jam sekali lampu akan dipadamkan kemudian
dihidupkan, kemudian dipadamkan lagi, dihidupkan lagi, dipadamkan lagi, hidup
lagi!! 6 jam saat listrik hidup adalah saat yang sangat (sangat) berharga dan
sangat dinanti. Karena, segala aktivias yang dilakukan selalu terkendala karena
lisrik yang terus hidup dan padam. Akibatnya, banyak penjual ikan yang merugi
karena es pendingin tak mau beku, banyak warung internet yang tutup karena rugi
jika terus menghidupkan diesel, banyak kantor yang tugasnya terkendala dan terbengkalai,
lampu-lampu jalanan gelap ditengah gulita malam, tak banyak juga toko-toko di
pasar yang buka. Bahkan yang mengerikan, sering terjadi kebakaran yang
tiba-tiba terjadi di pagi maupun malam hari, mulai dari lorong-lorong kecil
hingga jalan besar. Hingga akhirnya, seluruh warga merasa jenuh dengan semua
itu. Berbagai protes pun keluar dari masyarakat, mulai dari perbincangan
bernada kesal, kerusuhan dan maki-makian di jejaring sosial, hingga ku dengar
masyarakat pun sempat berdemo ke kantor PLTG yang jaraknya memang jauh dari sini.
Setiap hari akan selalu ada pertanyaan dalam benak setiap manusia
di kota ini. “kapan listrik bisa nomal seperi dulu lagi?? Kapan??” 
“kami memang merindukannya, kami pasti menginginkannya, kami benar-benar membutuhkannya, kami tak mungkin bisa terus bertahan dalam keadaan seperti itu selamanya”
Hingga akhirnya, pertanyaan itu pun terjawab setelah kurang
lebih 6 bulan kemudian. Selama itulah kami hidup di dunia tanpa ketenangan,
kami selalu menanti detik-detik akan hidupnya listrik, kami juga selalu menerka
detik-detik padamnya lisrik. Suasana kewaspadaan dan hati penuh was-was, selama itulah kami merasakan kesedihan, kepedihan,
dan tangisan tanpa listrik. Karena, sejujurnya tanpa listrik dunia akan terasa
mati!!
Mungkin, itu adalah saat dimana PLN cukup merasa terpojoki.
Padahal, PLN tak mungkin mau namanya menjadi buruk dimata masyarakat. Tetapi, kendala
yang terjadi bukanlah satu permintaan. Karena, yang kutahu PLN terus berupaya
meningkatkan dan memperhatikan kepuasan pelanggannya, bukan sebaliknya. Harapanku
untuk PLN? hal ini tidak akan pernah terulang lagi dan PLN semakin sigap mengatasi dan
mencari solusi yang paling terbaik dari permasalahan yang mengancam kenyamanan
pelanggan. Aku pun yakin, PLN pun juga tak ingin kejadian ini terjadi lagi. PLN
sudah pasti mampu membenahi dan mengatasi semua kendala yang terjadi. Walaupun,
butuh waku yang lama karena semua butuh proses, dan proses itu adalah harapan,
harapan untuk menjadikannya lebih baik dan menjadi sempurna. 
1 talks
Kalau tata kelolanya asal-asalan dan tanpa perencanaanjauh kedepan, beginilah jadinya. Saya aja yang tinggalnya terpaut 5 km dari kediaman SBY hujan ataupun nggak kejadian mati lampu tetap saja ada setiap bulannya. Semoga menjadi lebih baik
ReplyDelete