Mr. Edi Vatoni - Sosok yang Mengajar dengan Hati

Monday, December 02, 2013




Aku mengenalnya..

“My name is M. Shabirin
And you can call me birin
I’m from senior high school number one kuala tungkal..”

            Itulah Kalimat pertama yang saat itu ku ucapkan di sebuah kelas sederhana berlapis dinding triplek berwarna putih. Di sanalah awal perkenalanku dengan seorang lelaki berumur 39 tahun. Beliau bernama Mr. Edi Vatoni. Sosok yang baik hati, murah senyum, dan memiliki tatapan tajam yang penuh dengan cahaya positif. Sebenarnya, aku telah lama mengetahuinya, tetapi aku belum mengenalinya. Semua hal tentang beliau sudah sering kudengar di sekolahku. Cerita beliau aku dapat dari teman sekelasku hingga kakak-kakak kelasku. Mereka mengenal beliau dengan sangat baik. Seorang pengajar Bahasa Inggris di sebuah tempat kursus yang ia bangun sendiri. Akhirnya, aku mengenalnya hari itu. Mengenalnya dengan sangat baik. Aku bergabung di tempatnya, karena penasaran dengan sosok beliau. “Dia sering memotivasi kami”, itulah kalimat yang sering aku dengar ketika teman-temanku bercerita tentang sosok beliau.

Sosok inspiratif
Mr. Edi Vatoni selalu memberikan motivasi untuk semua murid-muridnya. Beliau punya sesi khusus untuk menanyai satu-persatu muridnya scara dalam. Beliau tidak hanya mengajarkan kami tentang English grammar, tetapi juga mengajarkan kami tentang membangun pribadi kami. Melatih mental hingga mampu berbicara hebat di depan umum. Ia berani membuka sebuah lembaga kursus dengan kemampuan berbahasa inggrisnya yang hebat. Siapa sangka, ia modal ilmunya hanya ia dapat dari sebuah buku pintar berbahasa inggris. Buku belajar yang ia beli sewaktu kecil, tepat setelah ia menimbulkan rasa berkeinginann untuk belajar bahasa inggris. Waktu itu, beliau bertemu dengan seorang turis asing, dan ingin sekali berbicara dengannya. Tetapi beliau tidak punya keberanian untuk menemui orang itu. Tetapi ia mencoba mengumpulkan keberanian itu, hingga ia berani dan akhirnya mendekatinya. Hanya untuk sekedar menyapa.
Dari buku itulah, ia belajar bahasa inggris. Belajar dengan dirinya sendiri. Buku itu pun masih ia pegang hingga SMA. Hingga, suatu ketika, ia sangat bersedih ketika kehilangan buku itu. Dan, siapa sangka? Ia bisa menjadi seorang guru bahasa inggris dan mendirikan tempat kursus, tanpa sebuah titel. Yaaa, dia hanya seorang lulusan SMA. Tapi ia punya segudang pengalaman yang ia coretkan diatas puluhan piagam. Pengalamannya, membuat sosok Mr. Edi selalu ingin terus memotivasi kami, dan memberikan masukan yang sangat berarti.

Bahasa Inggrisku berkembang
Sejak sekolah dasar, aku sudah mengikuti kursus bahasa inggris. Sejak itu pula, aku sering berpindah-pindah tempat. Karena, merasa tidak cocok. Setiap kali berpindah tempat, aku selalu menemukan guru bahasa inggris yang menurutku hebat. Tetapi sejak 1 tahun yang lalu, ketika aku bertemu dengan Mr. Edi. Pesonanya mengalahkan semua guru bahasa inggris yang pernah aku kenal.
Selama ini, aku hanya mengenal bahasa Inggris itu secara gramatikal. Mencatatat, contoh, dan latihan. Dan hal itu sangat membosankan. Berbeda dengan Mr. Edi, beliau mengajarkan kami dengan metodenya sendiri. Rasanya bahasa Inggris itu menjadi lebih menyenangkan. Dulu, aku hanya bisa merangkai, dan menerjemahkan. Tetapi, sekarang aku sudah bisa berbicara dengan cukup santai. Kurasa ketika aku bertemu dengan beliau, gembok yang mengunci mulutku sudah terbuka dengan tangannya yang ringan itu. Mulut itu semakin ringan karena dibimbingnya. Bahasa Inggrisku berkembang, jauh sangat berkembang dari waktu itu. Mentalku pun juga terbangun, begitu kurasakan ketika aku ikut dalam berbagai event, jauh berbeda dari yang dulu. Setiap hari, aku selalu termotivasi untuk mengejar ketertinggalanku. Hingga, aku bisa menjadi setara dengan anak-anak yang lain dan sudah lama mengisi kelas itu.

Our English Class
Semua itu tidak hanya aku rasakan sendiri. Karena, teman-temanku yang lain pun merasakan itu. Ada 16 orang di kelas itu, mulai dari anak SMP hingga SMA. Dan kita sama, sama-sama sudah punya kemajuan yang pesat. Kami tidak hanya diajarkan tentang standart of English. Tapi kami diajarkan untuk selaaknya menjadi seorang guru. “Kalian itu sudah professional”, ucap beliau. Ini adalah metodenya dalam membangun karakter kami. Membuat kami mempersiapkan materi, untuk diajarkan ke kelas lain yang kosong. Mental kami dibangun disana, untuk berani tampil, maju dan berbicara didepan orang lain. Mulai dari kelas SD, bahkan dikelasnya kakak-kakak tingkat kami. Kami masuk ke dalam kelas lain, dan mengajar bahasa Inggris denga ilmu dan kemampuan kami. Kami ber-enam-belas ini, adalah satu keluarga. Dengan seorang guru yang selayaknya orang tua kami. Kami selalu bercerita, mencurahkan isi hati kami, dan mendapatkan solusi darinya.

He cares so much to us
Kepeduliannya sangat berarti bagi murid-muridnya. Kepeduliannya merubah seorang anak SD yang sangat pasif menjadi seseorang yang paling aktif, nomor satu dan paling diandalkan di SMP. Membuat dua orang muridnya saling berlomba menjadi juara umum di sekolahnya. Membakar semangat muridnya hingga bisa menyaingi rangking orang yang paling pintar di sekolahnya. Membekali dan masih memotivasi muridnya yang telah menjadi mahasiswa, hingga menjadi seorang assisten dosen, mendapat beasiswa, hingga bisa ikut pertukaran pelajar ke luar negeri. Motivasi beliau tak hanya sekedar tentang bahasa inggris, tapi dalam lingkup yang luas dan mendalam. Semua itu ia lakukan, karena beliau sangat  peduli dengan semua murid-muridnya. Dia bekerja dengan hatinya. “Open your eyes, Open your mind”—Mr. Edi—
Mr. Edi Jatuh Sakit
Yang kami tahu, sekarang fisik Mr. Edi melemah dan tidak seperti dulu lagi. Beliau punya penyakit Diabetes di dalam tubuhnya. Terkadang, hal itu membuatnya harus berulang kali dirawat dirumah sakit. Ketika beliau sakit, kelas kami menjadi kosong. Tetapi, beliau masih terus berusaha untuk meluangkan waktu mengajarkan kami. Walaupun, kondisinya tidak selalu fit. Ia punya Istri dan seorang anak yang mengurusinya. Istrinya juga dekat dengan kami semua. Dia bercerita tentang keadan Sir Edi. Dia bilang, Sir Edi suka membantah makanan yang tak seharusnya tidak ia makan. “Padahal, saya hanya coba sedikit.” Celoteh Mr. Edi dihadapan kami. Hal itulah yang kerap menjadi penyebab kondisinya melemah.

Ulang Tahun ke-40
Tepat tanggal 31 Agustus 2013, Mr. Edi telah berusia 40 tahun. Beberapa hari sebelum itu, beliau baru saja keluar dari rumah sakit. Kami diundang untuk datang kerumahnya. Menghadiri acara syukuran atas hari ulang tahunnya. “Saya hanya minta doa dari kalian, agar saya bisa cepat sembuh..”,kalimat yang ku dengar dari beliau. Kami tentu mendoakannya. Karena kami sangat sayang dengannya. Kami sangat membutuhkannya. Dia adalah sosok hebat yang akan terus membangkitkan semangat dan gairah kami untuk mengejar cita-cita. Satu kalimat yang beliau katakan malam itu, “Thank you very much, see you later, and nice too meet you…” Entah apa maksudnya, tapi kalimat itu hanya terdengar oleh satu orang teman saya.

Komplikasi
Selang beberapa bulan.. Penyakit beliau semakin parah. Komplikasi penyakit menggrogoti tubuhnya. Ia semakin melemah. Kakinya membengkak, karena ada semacam cairan yang mengisi di dalamnya. Sungguh sedih kami melihatnyaaaaa.. Kami menangis di dalam hati, pun berdoa untuk kesembuhannya.
Tapi, semakin lama semakin parah dan ia hanya sanggup duduk. Bahkan, hingga Ia sudah terbaring di atas kasur dan Sulit untuk bisa berdiri lagi. Cukup lama ia hanya bisa berbaring diatas kasurnya. Dengan penyakit berat yang ada di dalam dirinya. Penyakitnya semakin lama semakin Parah. Awalnya, ia hanya bertahan dirumah, dan tidak ingin ke rumah sakit. Tapi akhirnya, ia sudah tak sanggup lagi. Ia dirujuk kerumah sakit di Kota yang peralatannya lebih lengkap. Sehingga, ia dirawat disana. Tak lama beberapa hari… Kami semua mendapatkan kabar buruk.

Beliau Telah Tiada
Mr. Edi Vatoni sudah pergi. Sudah pergi… dan meninggalkan kami..
Beliau  meninggalkan dunia ini. Beliau pergi dengan semua jasa-jasa yang beliau tinggalkan pada kami. Kami tak menyangka bahwa secepat itu ia meninggalkan kami semua. Kami sangat terpukul. Dia adalah sosok guru yang sesungguhnya. Mengajar denga hati, dan penuh kasih sayang.

Terimakasih untuk semuanya, sir. Terimakasih atas bekalnya. Terimakasih………..
Telah kami kirimkan Doa untukmu, dan kami antarkan hingga ke tempat peristirahatan terakhirmu. Dari sini, kami menangis dalam hati, bersedih telah kehilangan sosokmu. Terimakasih atas ilmu yang bermanfaat itu. Terimakasih…
See you sir, Nice to meet you too…


Tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis #gurukuidolaku oleh portal liputan6.com dalam memperingati hai guru.

Sudah dipublikasi oleh admin dengan pengubahan di sini

You Might Also Like

2 talks

  1. innalillah... telah gugur satu pahlawan tanpa tanda jasa seperti Mr Edi, mudah-mudahan guru sebaik beliau bisa tumbuh seribu, yang mengedepankan kepentingan siswanya daripada kepentingan dirinya sendiri... ^_^

    ReplyDelete